Minggu, 05 Januari 2014

proposal PTK gasing



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan akal fikiran/rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.
Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman di masa yang akan datang.Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak didik. Hal ini merupakan proses yang secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia pendidikan.
Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang. Perlu diketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan datang banyak perubahan.
Guru yang selalu menggunakan metode monoton, artinya dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami perubahan karena adanya perubahan kondisi, mereka akan mengalami permasalahan yang yang tidak mereka sadari.
Oleh karena itu sebagai seorang pendidik harus mau tahu akan kebutuhan anak didik, terutama dalam pelayanandan penyampaian materi pelajaran. Sehingga sangat perlulah sebagai pendidik mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil proses belajar mengajar berhasil maksimal.
Perubahan pengajaran tidak harus disertai dengan pemakaian perlengkapan uang serba hebat, tetapi lebih menekankan pada pengembangan cara-cara baru belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pembelajaran akan efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi di kelasnya, kemudian menganalisa dan menentukan factor-faktor yang diduga menjadi penyebab utama, yang selanjutnyamenentukan tindakan pemecahannya.
Tuntutan peningkatan kualitas professional guru belum memenuhi syarat yang diinginkan atau diharapkan, karena antara petunjuk perlaksanaan yang sudah ada banyak terdapat kendala bagi para pelaksana pendidikan utamanya guru terbukti dengan dampak yang dilapangan antara lain:
1.        Keterampilan anak didik masih sangat rendah, terutama tentang keterampilan
2.        Tingkat pengetahuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah dari mata pelajaran yang lain.
3.        Suasana belajar kurang dinamis.
Permasalahan di atas disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi, peran guru dalam proses belajar mengajar sebagai penyebar ilmu krang berperan sebagai fasilitator,guru masih banyak bergantung pada buku, guru masih dominan menggunakan ceramah dan mencatat, guru kurang mengoptimalkan bekerja bersaman-sama dan siswa dianggap lulus tes atau dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran,pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan kemampuan bekerja sama. Demikian gambaran situasu pembelajaran saat ini yang terjadi di lapangan khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses pembelajaran dari segi hasil.
Dari segi peoses pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran di samping menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri yang tinggi. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar Metode mengajar banyak sekali jenisnya, disebabkan oleh karena metode ini dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya : tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya,tingkat kematangan siswa yang berbeda, situasi yang berbagai keadaan, pribadi guru dan kemampuan professional yang berbeda-beda. Karena itu sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Namun demikian ada sifat umum yang menjadi mungkin untuk mengadakan klasifikasi yang jelas tetapi fleksibel. Di dalam kenyataan banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat dipergunakan metode yang paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-lain.
Guru sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan. Agar usaha pendidikan tidak sia-sia. Berdasarkan hasil ulangan harian ke I mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar “Menentukan nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan”, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi. Dari 20 siswa di kelas II hanya 11 siswa yang mencapai tingkat penguasaaan materi sebesar 75% ke atas. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran. Dari hasil diskusi tersebut, maka terungkap masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu “Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi”. Setelah penulis menganalisa dengan melakukan diskusi dan tukar pendapat dengan teman sejawat selaku pengamat, maka diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi
2. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
Mengingat permasalahan tersebut adalah masalah yang bermuara dari dan dirasakan oleh guru kelas, maka peneliti berupaya mencoba cara yang paling efektif dalam memperkenalkan konsep kepada anak didik mencari yang paling mudah, dekat dengan diri siswa sehingga pelajaran Matematika menjadi menyenangkan, maka dari itu penulis mengajukan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi belajar FPB dan KPK siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak Melalaui Pembelajaran Gasing ( gampang, asyik & menyenangkan )”.
B.       Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      bagaimanakah penggunaan pembelajaran Gasing (gampang asyik & menyenangkan) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
2.      Apakah pembelajaran gasing (gampang, asyik dan menyenangkan) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
C.      Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran Gasing (gampang asyik & menyenangkan) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
D.      Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
  1. Manfaat bagi guru
1.        Dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar, serta dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan soal yang tak terbatas dalam waktu yang relative singkat.
2.        Hasil perbaikan ini dapat dijadikan bahan masukan dan perbandingan dalam melaksanakan proses pemahaman nilai tempat pada siswanya, sehingga pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah dalam pengelolaan situasi dan kondisi siswa.
3.        Untuk bahan pertimbangan dalam peningkatan prestasi siswa di masa yang akan datang.
4.        Untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan proses/hasil pembelajaran dengan manfaat metode yang tepat.
5.        Membantu guru berkembang secara professional.
6.        Meningkatkan rasa percaya diri guru.

      b.  Bagi Kepala Sekolah
1.        Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
2.        mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan keberhasilan
3.        pengelolaan pembelajaran di sekolah.
4.        Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Assyafi’iyah NW Penangsak
5.        Kecamatan Praya Timur

c.   Bagi Peneliti Lain
Ini diharapkan bisa ditindak lanjuti dengan perbaikan pengembangan. Perbaikan ini juga bisa digunakan sebagai bahan referensi dan sumber informasi mengenai penerapan pembelajaran gasing dalam pembelajaran.
E.       Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan penelitian tindakan kelas ini ialah:
Melalui penerapan pembelajaran gasing (gampang, Asyik & menyenangkan) ini dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak, Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
F.       Definisi Operasional
Berikut ini disajikan beberapa definisi oprasional guna menjelaskan istilah yang terdapat dalam judul.
1.        Pembelajaran gasing adalah suatu pembelajaran Matematika yang dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D., dianamakan gasing karena gampang, asyik dan menyenangkan. Pembelajaran ini mampu menghitung cepat (kali, bagi, tambah, kurang) tanpa alat yang sesuai dengan kurikulum sekolah. Langkah-langkah pembelajaran ini dapat dibagi menjadi bebrapa tahapan, yaitu : (1) tahap pertama: dialog sederhana (2) Tahap kedua: Berimajinasi/berfantasi (3) Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan (4) Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam (5) Tahap kelima: Memberikan Variasi soal.
2.        Prestasi Belajar Matematika adalah Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Prestasi belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.



BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.      Pembelajaran gasing
1.    Pengertian Pembelajaran Gasing
 Gasing merupakan akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan. Matematika Gasing adalah suatu pembelajaran pembelajaran matematika yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya agar matematika dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Pembelajaran Gasing merupakan terobosan reformasi dalam pembelajaran matematika karya anak Bangsa. Pembelajaran Gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang matematikawan dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, karena pembelajaran Gasing ini menggunakan pembelajaran logika biasa berdasarkan konsep dasar matematika. Sehingga para guru tidak harus memberikan rumus-rumus yang akan membuat siswa pusing dan benci matematika.
Prof. Yohanes Surya terobsesi membangun Indonesia dengan sains dan teknologi. Caranya, jumlah ilmuwan Indonesia harus mencapai critical massa dan masyarakat Indonesia berbasis sains dan teknologi. Untuk mencapai critical massa, semua alumni Tim Olimpiade Matematika Indonesia dan siswa-siswa berbakat matematika dikirim ke perguruan tinggi terbaik di luar negeri, sedangkan untuk mencapai masyarakat Indonesia berbasis sains dan teknologi, dikembangkan pembelajaran matematika Gasing (gampang, asyik, menyenangkan) untuk semua kalangan masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah.
Sebenarnya bukan hanya siswa yang takut rumus, tetapi guru juga. Padahal matematika tidak selalu identik dengan rumus, soal-soalnya bisa dipecahkan dengan logika. Sehingga siswa tidak perlu menghapalkan rumus-rumus matematika. Siswa cukup memahami cara perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan saja.
Jadi matematika Gasing intinya adalah menyebarkan atau membuat matematika menjadi gampang dan menyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk kalangan-kalangan  ber-IQ tinggi saja. Sebagai salah satu contoh adalah tokoh dunia yang sangat terkenal Thomas Alfa Edison. Dalam kehidupan akademisnya Thomas kurang bagus, tetapi beliau bisa menjadi orang nomor satu karena hasil penemuannya.
Dengan adanya matematika Gasing ini Prof. Yohanes Surya berharap agar matematika di Indonesia tidak lagi dianggap pelajaran yang sulit dan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Justru sebaliknya, siswa yang awalnya benci matematika berbalik menjadi senang matematika. Satu hal yang mengagumkan dari pembelajaran ini adalah bahwa matematika tidak lagi sulit, tapi menyenangkan. Selain itu diharapkan anak yang tidak kelihatan pintar bisa kelihatan, dengan kata lain matematika Gasing menjembataninya sehingga matematika yang dulunya merupakan suatu hal yang menyeramkan menjadi tidak menyeramkan dan menyenangkan yaitu dengan cara tidak memperlihatkan rumus-rumus. Jadi pembelajaran ini melatih bagaimana mengungkapkan/memecahkan berbagai persoalan matematika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaiakan setelahnya.
Selama 13 tahun sambil membina Tim Olimpiade Matematika Indonesia, Prof. Yohanes Surya melakukan penelitian dalam menemukan suatu pembelajaran matematika yang mudah diterima oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta membuat peserta ajar merasa asyik dan menyenangkan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat matematika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing) beberapa hal perlu diperhatikan:
1.      Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana.
2.      Manfaatkan pengertian konsep matematika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
3.      Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1 , 2 , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal.
4.      Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi matematika ke solusi matematika.
5.      Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep matematika yang baru diajarkan.
6.      Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan.    
7.       Perbanyak eksperimen dan demonstrasi matematika sehingga tiap murid menikmati asyiknya matematika dan mereka bisa merasakan bahwa matematika itu sungguh menyenangkan.

2.      Langkah-Langkah Pembelajaran Gasing
            Pelaksanaan pembelajaran Gasing dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
1.      Tahap pertama : Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah guru dan siswa. Menurut teori belajar connectionisme atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh Thorndike (S. Nasution, 2000:37), belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat latihan hubungan antara S dan R harus memberikan ”satisfaction” atau kepuasan. Rasa kepuasan merupakan reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thondike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah :
(1) Law of effect
Hubungan S dan R bertambah erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Rasa senang menyebabkan sekresi hormon pada sinapsis, sehingga hubungan menjadi lancar. Karena itu memuji dan membesarkan hati siswa (rasa senang) lebih baik dalam pengajaran daripada menghukum atau mencelanya (rasa tidak senang).
(2) Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan).
Hubungan S dan R bertambah erat kalau sering dilatih (exercise) atau digunakan (use) dan akan berkurang erat kalau lenyap atau tidak pernah digunakan (disuse). Karena itu perlu diadakan banyak latihan dan pembiasaan.
(3) Law of multiple response (hukum respon berganda)
Dalam situasi yang problematis dimana tidak segera tampak respons yang tepat, individu mengadakan bermacam-macam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akan tetapi akhirnya mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut “trial-and-error”, mencoba-coba sambil berbuat kekeliruan.
(4) Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi).
Seorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang agak berlainan dengan yang sudah-sudah namun mengandung unsur-unsur yang bersamaan (identical element).
2. Tahap kedua : Berimajinasi/berfantasi.
Sebenarnya imajinasi/fantasi dalam proses pendidikan penting untuk dimiliki siswa, tapi aspek ini banyak diabaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting karena dengan imajinasi siswa akan bisa melahirkan sebuah konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Imajinasi lebih utama daripada pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi melingkupi dunia. (Albert Einstein). Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua matematikawan terkenal adalah orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.
Fantasi menurut Suryabrata (2001:39) dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan demikian imajinasi/fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan siswa untuk berorientasi dalam alam imajinir, dimana aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata. Kegunaan imajinasi/fantasi antara lain :
(1) siswa dapat memahami, mengerti dan menghargai kultur siswa lain.
(2) siswa dapat keluar dari ruang dan waktu, sehingga dengan demikian ia dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan diwaktu yang lain, misalnya dalam mempelajari gerak suatu benda.
(3) siswa dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan dalam belajar matematika.
(4) membantu siswa menyelesaikan konflik riil secara imajinir, sehingga dapat mengurangi ketegangan psikis dalam belajar matematika.
3. Tahap ketiga : Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan.
Latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Cara ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan siswa dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa. Dalam latihan ini, siswa hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
4. Tahap keempat : Menyajikan materi secara mendalam.
Dengan memberikan makna fisis terhadap setiap besaran-besaran matematika, diharapkan siswa mengetahui fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal.
5. Tahap kelima : Memberikan variasi soal.
Tugas atau resitasi, merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu berupa variasi soal agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.
Kelima tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran pembelajaran Gasing ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahap-Tahap
Aktivitas Guru
Tahap 1
Dialog sederhana
Guru memulai pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R.
Tahap 2
Berimajinasi/berfantasi
Guru membantu siswa untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

Tahap 3
Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan
Guru memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang hanya menggunakan formulasi matematika berupa perjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa.
Tahap 4
Menyajikan materi secara mendalam
Guru memberikan makna fisis setelah siswa dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi.
Tahap 5
Memberikan variasi soal
Guru kembali memberikan soal namun yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal cerita.
3.      Kelebihan dan Kekurangan  Pembelajaran Gasing
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Pembelajaran Gasing Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satupun pembelajaran-pembelajaran yang benar-benar sempurna, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan pembelajaran pembelajaran Gasing.
Kelebihan
Kekurangan
        Membuat matematika menjadi lebih gampang, asyik dan menyenangkan karena dalam mengerjakan soal-soal matematika tidak harus menghafalkan rumus matematika.
        Pada saat ulangan berupa soal essai, jika siswa tidak menyertakan penghitungan dengan rumus, meski hasil jawabannya benar akan tetap dinyatakan salah.
        Waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien, karena apabila menggunakanrumus konvensional, soal-soal matematika  umumnya baru dapat diselesaikan oleh siswa dalam waktu yang cukup lama. Tapi dengan pembelajaran Gasing, siswa dapat menyelesaikan soal-soal dalam waktu relatif lebih cepat.
         Secara umum pembelajaran Gasing belum bisa diterapkan untuk menyelesaikan soal-soal matematika di perguruan tinggi, karena umumnya mahasiswa dituntut untuk bisa menurunkan berbagai rumus.

4.    Prestasi Belajar Matematika
1.    Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan (Muhammad Surya,1985 :23).
Menurut Sumadi Suryabrata belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu didapat kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang disengaja (Sumadi Suryabrata, 2002 : 232).
Winkel juga menjelaskan bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas ( Winkel, 2004 : 59).
Dari beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung (dengan contoh) ataupun tidak langsung (dengan kata-kata) dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
2.      Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan (Depdiknas, 2005 : 895). Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, Prestasi adalah prestasi yang harus didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar (1983 : 27).
Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa.
3.    Pengertian Matematika dan Belajar Matematika
a.         Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin Matheis/Matema yang berarti belajar/hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde/ilmu pasti. Definisi Matematika sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan sudut pandang pendefinisinya, sehingga tidak satupun deffinisi matematika yang tunggal dan disepakati secara umum oleh tokoh/pakar matematika.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Poerwodarminto, 1995 : 637).
Pendapat lain menyatakan bahwa matematika adalah bentuk pengetahuan yang penggunaannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori kohern di mana sistemnya disusun di atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yaitu aksioma, dan dari beberapa aksioma maka dapat disusun suatu theorema (Jujun S. Suria Sumantri, 1985 : 57).
Mata pelajaran matematika adalah kumpulan bahan kajian dan simbol yang terbagi dalam Aritmetika, Aljabar, Geometri, Triginometri, Statistika dan Kalkulus yang memberi bekal kemampuan kepada manusia (Poerwadarminto, 1993 :6).

b.        Belajar Matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”. James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa : “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”, masih banyak lagi definisi tentang matematika.
Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks. Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”. Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
4.    Karakteristik matematika
Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
a.    Memiliki objek abstrak
Pelajaran matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
b.    Bertumpu pada kesepakatan
Terkait dengan pelajaran matematika ilmu tentang kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
c.    Berpola pikir deduktif
Ilmu matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d.   Memiliki simbol yang kosong dari arti
Matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan.
e.     Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
f.     Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem, adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten, ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
5.    Prestasi Belajar Matematika
Poerwadarminta (1974: 769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
            Istilah prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Selanjutnya Soejanto (1979: 12) menyatakan bahwa prestasi belajar dapat pula dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi serta nilai dan sikap.
            Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan ekstren. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga (Usman, 1995: 12).
Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.
B.       Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Gasing
1.    Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran pembelajaran gasing ini jika prestasi belajar matematika siswa pada materi FPB dan KPK sudah mencapai atau melampaui nilai KKM yang ditetapkan pada madrasah ibtida’iyah NW Penangsak pada kelas IV.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986:85) hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi dan motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat di tercapai.
Bila pemahaman terhadap materi-materi matematika yang dipelajari dapat tercapai. Maka akan timbul motivasi bersama dengan proses untuk mencapai keberhasilan belajar matematika. Dengan kata lain, keberhasilan belajar matematika tidak hanya karena dapat memahami konsep dan teorema serta kemudian dapat mengaplikasikannya, melainkan juga karena kehendak, sikap dan macam-macam motivasi yang lain.
2.    Penggunaan Pembelajaran Gasing
Mungkin sumbangan terbesar dari pembelajaran mendorong belajar kreatif adalah terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar. Pembelajaran ini menunjukan secara grafis bahwa belajar kreatif mempunyai tingkat dari yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk. Anak berbakat kreatif dapat menguasai keterampilan tingkat I dan tingkat II lebih cepat dari siswa lainnya. Bagi mereka proporsi waktu dan energi untuk tingkatan yang rendah dapat dikurangi. Semua siswa didalam kelas dapat dilibatkan dalam kegiatan tingkat I dan II, tatapi hanya beberapa yang dapat melanjutkan ke tahap penerapan (tigkat III).
Disamping itu, pembelajaran ini hendaknya digunakan secara menyeluruh dalam kurikulum. Berfikir kreatif merupakan bagian dari semua subjek yang diajarkan di sekolah. Kemajuan dalam profesi diperoleh melalui proses kreatif. Oleh karena itu pembelajaran  ini dapat diterapkan pada semua segi dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai dengan pengembangan teori ilmiah. Siswa akan melihat kemampuan mereka untuk menggunakan kreativitas dalam hidup dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam lingkungan yang mendorong dan memungkinkan penggunaannya.
Selain memiliki sintak-sintak pembelajaran, pembelajaran inipun memiliki karakteristik-karakteristik. Karakteristik pertama dari model pembelajaran gasing ini adalah melibatkan siswa dalam suatu permasalahan dan menjadikan siswa sebagai partisifan aktif dalam pemecahan masalah yang tentunya akan menciptakan pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Masalah yang dihadapkan pada siswa ini diperoleh melalui data atau fakta-fakta yang disajikan pada siswa yang dapat menunjukkan fenomena atau gejala fisis yang dapat disajikan secara konseptual. Selanjutnya masalah tersebut dapat diselesaikan melalui kegiatan penyelidikan (investigation) dan penemuan (inquiry). Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajaran gasing ini adalah mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk memecahkan permasalahan (Sarson, 2005:23). Artinya siswa diberikan keleluasaan untuk berkreativitas menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan.
Ciri yang lain adalah siswa melakukan penyelidikan untuk memperkuat gagasannya/hipotesisnya. Artinya siswa harus berperan aktif dalam menyelesaikan masalah melalui penyelidikan yang didasarkan pembelajaran ilmiah. Kegiatan penyelidikan merupakan suatu kebutuhan dalam memahami suatu konsep. Siswa diarahkan untuk menemukan dan membangun sendiri konsepnya menemukan dalam hal ini bukanlah menemukan dalam arti menemukan hal yang baru melainkan hanya reinvitation. Diharapkan dari kegiatan ini siswa dapat mengumpulkan dan menganalisis informasi serta menarik kesimpulan. Ciri berikutnya adalah siswa menggunakan pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Artinya setelah siswa memperoleh pemahaman dari hasil penyelidikan, siswa selanjutnya mengaplikasikan konsep yang telah ia milki pada persoalan yang lain. Satu lagi ciri lain yang membedakan pembelajaran  ini dengan pembelajaran yang lain adalah pembelajaran yang sangat fleksibel, dikarenakan tidak harus selalu menggunakan setiap tahapan yang ada pada pembelajaran ini, kita bisa menggunakan tahapan-tahapan yang kita perlukan saja, selain itu juga, tahapannya tidak harus berurut bisa maju ke tahap berikutnya dan kembali lagi ke tahap sebelumnya hal tersebut disesuaikan dengan tujuan yang kita inginkan. 

BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a). Rancangan Penelitian, (b). Jenis Penelitian, (c). Lokasi penelitian, (d). Populasi dan Sampel, (e). Prosedur Penelitian, (f). Instrumen penilaian dan Teknik Pengumpulan Data, (g). Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan.
B.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam metode penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini disusun peningkatan prestasi belajar  matematika siswa, diujicobakan dalam situasi sebenamya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari- hari di kelas.
C.      Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Assyafi’iyah NW Penangsak, dan tepatnya di Desa Sengkerang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah,  Propinsi Nusa Tenggara Barat.

D.      Populasi dan Sampel
Adapun sebagai populasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada  siswa MI Assyafi’iyah NW Penangsak, dan sebagai sampelnya adalah siswa kelas IV Assyafi’iyah NW Penangsak, dengan jumlah siswa dalam satu kelas (...), laki-laki berjumlah (...), sedangkan perempuan berjumlah (...).
E.       Prosedur Penelitian
Dengan mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai yaitu menyelesaikan masalah yang dihadapi di kelas yaitu tentang prestasi belajar siswa, maka penelitian ini mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Pada dasarnya penelitian ini mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, dalam Wiriaatmadja, 2005: 11). Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Tiaw (Fitriarosah, 2005: 28) yang membedakan dari penelitian lain adalah sebagai berikut:
1.        Penelitian tindakan kelas adalah intervensi skala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upaya menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
2.        Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran, maka akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa.
3.        Penelitian tindakan kelas dilaksanakan atas dasar masalah yang benarbenar dihadapi guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas.
4.        Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of steps), yaitu suatu daur yang kegiatannya dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan (observating), refleksi (reflecting), dan selanjutnya kegiatan diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya, dan seterusnya.
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda. Namun keseluruhannya mengacu pada suatu garis yang sama yang didalamnya terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:


S
I
K
L
U
S
1
Rencana Tindakan 1
Pelaksanaan Tindakan 1
Observasi Dan Evaluasi Tindakan 1
Analisis Dan Refleksi Tindakan 1
S
I
K
L
U
S
2
Rencana Tindakan 2
Pelaksanaan Tindakan 2
Observasi Dan Evaluasi Tindakan 2
Analisis Dan Refleksi Tindakan 2

Gambar diatas menunjukkan bahwa:
Rencana Tindakan 1 :
(S, Arikunto, 2007: 17). Perencanaan pelaksanaan tindakan mencakup:
a.       Mendiskusikan dengan guru matematika untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan di kelas.
b.      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).  
c.       Membuat bahan ajar, yaitu lembar kerja kelompok.
d.      Membuat perangkat instrumen penelitian.
e.       Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, terlebih dahulu harus memahami masalah, kemudian merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan.
Pelaksanaa Tindakan 1 :
Setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan dengan menggunakan Pembelajaran Gasing Peningkatan Prestasi belajar matematika siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak.
Observasi dan Evaluasi Tindakan 1 :
Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh dua orang observer yang melakukan pengamatan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer hanya memberi tanda pada lembar observasi yang disediakan.
Analisis dan Refleksi Tindakan  1 :
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan analisis dan refleksi atas dampak atau hasil tindakan yang telah dilakukan. Menurut Hopkins (Arikunto, 2007: 80), refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus selanjutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
Jika hasil refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan berikutnya perlu disempurnakan lagi atau dilanjutkan ke siklus 2, agar tindakan yang dilakukan selanjutnya tidak sekedar mengulang tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
Penelitian ini “merancang” suatu kegiatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Kegiatan perancangan kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengimplementasikan pembelajaran di kelas sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran.
F.       Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.    Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, lembar observasi, jurnal harian siswa.
a.         Tes tertulis
Tes tertulis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan atau penguasaan materi yang telah disampaikan dengan melihat ketuntasan belajar setiap individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Tes ini diberikan setiap akhir siklus atau biasa disebut tes formatif. Tes formatif dari setiap siklus dibandingkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian, karena dengan tes uraian dapat dilihat langkah pekerjaan siswa ketika menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b.        Lembar observasi
Observasi dilakukan sebagai upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran matematika. Observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Menurut Sukamto (Fitriarosah, 2005: 32), observasi terstruktur dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pelaksanaan observasi dengan cara menggunakan tabulasi. Pengamat hanya perlu memberi tanda setiap kali suatu gejala muncul dalam pengamatan. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh informasi mengenai gambaran pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti suasana kelas, pola interaksi, aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kejadian-kejadian lain yang dianggap penting.
c.         Jurnal harian siswa
Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui komentar siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jurnal diberikan pada akhir siklus, agar peneliti dapat mengetahui kendala yang dialami siswa setiap siklus serta harapan atau masukan dari siswa untuk pembelajaran berikutnya, sehingga dapat menjadi gambaran untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.


2.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik  pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik tes hasil belajar siswa. Tes hasil belajar ini digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa-siswanya dalam jangka waktu tertentu. Adapun macam-macam tes hasil belajar ini sebagai berikut :
a.         Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru, tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes buatan guru, yaitu berupa tes subyektif atau tes uraian dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) untuk menentukan apakah sesuatu telah tercapai; (3) untuk memperoleh suatu nilai.
G.      Teknik Analisi Data dan Indikator Keberhasilan Penelitian
1.    Teknik Analisi Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data terhadap tes hasil belajar matematika, untuk analisis data yang digunakan adalah teknik tes data kuantitatif.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.         Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa (BSNP 2007: 25):
Na =
Keterangan:
Na   =   Nilai akhir
Sp   =   Skor perolehan
Sm  =   Skor maksimal    
b.        Untuk menentukan rata-rata kelas (Sudjana. 2010: 125):
NR =

Keterangan :
NR =   Nilai rata-rata.
Na =   Nilai akhir.
Sn  =   Jumlah siswa.
2.        Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila hasil belajar matematika siswa mencapai KKM atau melebihi KKM dengan penerapan Pembelajaran Gasing untuk siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak.