BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan
manusia untuk menggunakan akal fikiran/rasional mereka sebagai jawaban dalam
menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.
Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah
mengikuti perkembangan zaman di masa yang akan datang.Sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah
laku anak didik. Hal ini merupakan proses yang secara alami munculnya suatu
permasalahan yang baru dalam dunia pendidikan.
Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut
untuk selalu menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang. Perlu diketahui bahwa
pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan datang banyak perubahan.
Guru yang selalu menggunakan metode monoton, artinya
dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami perubahan karena adanya perubahan
kondisi, mereka akan mengalami permasalahan yang yang tidak mereka sadari.
Oleh karena itu sebagai seorang pendidik harus mau tahu
akan kebutuhan anak didik, terutama dalam pelayanandan penyampaian materi
pelajaran. Sehingga sangat perlulah sebagai pendidik mengadakan variasi metode
pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil
proses belajar mengajar berhasil maksimal.
Perubahan pengajaran tidak harus disertai dengan
pemakaian perlengkapan uang serba hebat, tetapi lebih menekankan pada
pengembangan cara-cara baru belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Pembelajaran akan efektif bila guru dapat
mengidentifikasi masalah yang dihadapi di kelasnya, kemudian menganalisa dan
menentukan factor-faktor yang diduga menjadi penyebab utama, yang selanjutnyamenentukan
tindakan pemecahannya.
Tuntutan
peningkatan kualitas professional guru belum memenuhi syarat yang diinginkan
atau diharapkan, karena antara petunjuk perlaksanaan yang sudah ada banyak
terdapat kendala bagi para pelaksana pendidikan utamanya guru terbukti dengan
dampak yang dilapangan antara lain:
1.
Keterampilan anak didik masih sangat rendah, terutama tentang
keterampilan
2.
Tingkat pengetahuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran
matematika lebih rendah dari mata pelajaran yang lain.
3.
Suasana belajar kurang dinamis.
Permasalahan
di atas disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi, peran guru dalam proses
belajar mengajar sebagai penyebar ilmu krang berperan sebagai fasilitator,guru
masih banyak bergantung pada buku, guru masih dominan menggunakan ceramah dan
mencatat, guru kurang mengoptimalkan bekerja bersaman-sama dan siswa dianggap
lulus tes atau dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti
kejujuran,pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan kemampuan
bekerja sama. Demikian gambaran situasu pembelajaran saat ini yang terjadi di
lapangan khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. Kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses pembelajaran dari segi hasil.
Dari
segi peoses pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik
fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran di samping menunjukkan
kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri
yang tinggi. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif dari peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar Metode mengajar banyak sekali
jenisnya, disebabkan oleh karena metode ini dipengaruhi oleh beberapa factor
misalnya : tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya,tingkat kematangan siswa
yang berbeda, situasi yang berbagai keadaan, pribadi guru dan kemampuan
professional yang berbeda-beda. Karena itu sulit untuk memberikan satu
klasifikasi yang jelas mengenai metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran.
Namun demikian ada sifat umum yang menjadi mungkin untuk mengadakan klasifikasi
yang jelas tetapi fleksibel. Di dalam kenyataan banyak faktor yang menyebabkan
tidak selalu dapat dipergunakan metode yang paling sesuai dengan tujuan,
situasi dan lain-lain.
Guru sering
kali terpaksa menggunakan metode pilihan. Agar usaha pendidikan tidak sia-sia.
Berdasarkan hasil ulangan harian ke I mata pelajaran matematika dengan kompetensi
dasar “Menentukan nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan”, menunjukkan
rendahnya tingkat penguasaan materi. Dari 20 siswa di kelas II hanya 11 siswa
yang mencapai tingkat penguasaaan materi sebesar 75% ke atas. Oleh karena itu,
peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam pembelajaran. Dari hasil diskusi tersebut, maka terungkap masalah yang
terjadi dalam pembelajaran, yaitu “Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap
materi”. Setelah penulis menganalisa dengan melakukan diskusi dan tukar
pendapat dengan teman sejawat selaku pengamat, maka diketahui bahwa faktor
penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah:
1. Kurangnya
perhatian siswa terhadap materi
2. Guru dalam
menjelaskan materi terlalu cepat.
Mengingat
permasalahan tersebut adalah masalah yang bermuara dari dan dirasakan oleh guru
kelas, maka peneliti berupaya mencoba cara yang paling efektif dalam
memperkenalkan konsep kepada anak didik mencari yang paling mudah, dekat dengan
diri siswa sehingga pelajaran Matematika menjadi menyenangkan, maka dari itu
penulis mengajukan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi belajar FPB dan KPK siswa kelas IV MI Assyafi’iyah
NW Penangsak Melalaui Pembelajaran Gasing ( gampang, asyik & menyenangkan )”.
B.
Rumusan Masalah
Masalah
adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang memerlukan
pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat berhasil dengan
baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. bagaimanakah
penggunaan pembelajaran Gasing (gampang asyik & menyenangkan) dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
2. Apakah
pembelajaran gasing (gampang, asyik dan menyenangkan) dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
C.
Tujuan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Tujuan
penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan
metode pembelajaran Gasing (gampang asyik & menyenangkan) dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak?
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
- Manfaat bagi guru
1.
Dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,
serta dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan soal
yang tak terbatas dalam waktu yang relative singkat.
2.
Hasil perbaikan ini dapat dijadikan bahan masukan dan
perbandingan dalam melaksanakan proses pemahaman nilai tempat pada siswanya,
sehingga pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah dalam
pengelolaan situasi dan kondisi siswa.
3.
Untuk bahan pertimbangan dalam peningkatan prestasi siswa di
masa yang akan datang.
4.
Untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan proses/hasil
pembelajaran dengan manfaat metode yang tepat.
5.
Membantu guru berkembang secara professional.
6.
Meningkatkan rasa percaya diri guru.
b.
Bagi Kepala Sekolah
1.
Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam
2.
mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan
keberhasilan
3.
pengelolaan pembelajaran di sekolah.
4.
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di MI Assyafi’iyah NW Penangsak
5.
Kecamatan Praya Timur
c. Bagi
Peneliti Lain
Ini diharapkan bisa ditindak lanjuti dengan perbaikan
pengembangan. Perbaikan ini juga bisa digunakan sebagai bahan referensi dan
sumber informasi mengenai penerapan pembelajaran gasing dalam
pembelajaran.
E.
Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis
tindakan penelitian tindakan kelas ini ialah:
Melalui penerapan pembelajaran
gasing (gampang, Asyik & menyenangkan) ini dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak, Desa Sengkerang
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
F.
Definisi Operasional
Berikut ini disajikan beberapa definisi oprasional guna
menjelaskan istilah yang terdapat dalam judul.
1.
Pembelajaran
gasing adalah suatu pembelajaran Matematika yang dikembangkan oleh Prof.
Yohanes Surya Ph.D., dianamakan gasing karena gampang, asyik dan menyenangkan.
Pembelajaran ini mampu menghitung cepat (kali, bagi, tambah, kurang) tanpa alat
yang sesuai dengan kurikulum sekolah. Langkah-langkah pembelajaran ini dapat
dibagi menjadi bebrapa tahapan, yaitu : (1) tahap pertama: dialog sederhana (2)
Tahap kedua: Berimajinasi/berfantasi (3) Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh
soal secara relevan (4) Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam (5)
Tahap kelima: Memberikan Variasi soal.
2.
Prestasi
Belajar Matematika adalah Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan
yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Prestasi belajar adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
melalui proses belajar.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Pembelajaran
gasing
1. Pengertian Pembelajaran Gasing
Gasing merupakan akronim dari gampang, asyik dan
menyenangkan. Matematika Gasing adalah suatu pembelajaran pembelajaran matematika
yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya agar matematika
dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Pembelajaran
Gasing merupakan terobosan reformasi dalam pembelajaran matematika karya anak
Bangsa. Pembelajaran Gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang matematikawan
dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan pendekatan logika dan hampir
tanpa rumus, karena pembelajaran Gasing ini menggunakan pembelajaran logika
biasa berdasarkan konsep dasar matematika. Sehingga para guru tidak harus
memberikan rumus-rumus yang akan membuat siswa pusing dan benci matematika.
Prof. Yohanes Surya terobsesi membangun Indonesia dengan
sains dan teknologi. Caranya, jumlah ilmuwan Indonesia harus mencapai critical
massa dan masyarakat Indonesia berbasis sains dan teknologi. Untuk mencapai
critical massa, semua alumni Tim Olimpiade Matematika Indonesia dan siswa-siswa
berbakat matematika dikirim ke perguruan tinggi terbaik di luar negeri,
sedangkan untuk mencapai masyarakat
Indonesia berbasis sains dan teknologi, dikembangkan pembelajaran matematika Gasing
(gampang, asyik, menyenangkan) untuk semua kalangan masyarakat, terutama
anak-anak usia sekolah.
Sebenarnya bukan hanya siswa
yang takut rumus, tetapi guru juga. Padahal matematika tidak selalu identik dengan
rumus, soal-soalnya bisa dipecahkan dengan logika. Sehingga siswa tidak perlu menghapalkan rumus-rumus matematika. Siswa cukup
memahami cara perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan saja.
Jadi matematika Gasing
intinya adalah menyebarkan atau membuat matematika menjadi gampang dan
menyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk kalangan-kalangan ber-IQ tinggi saja. Sebagai salah satu contoh
adalah tokoh dunia yang sangat terkenal Thomas Alfa Edison. Dalam kehidupan
akademisnya Thomas kurang bagus, tetapi beliau bisa menjadi orang nomor satu
karena hasil penemuannya.
Dengan adanya matematika
Gasing ini Prof. Yohanes Surya berharap agar matematika di Indonesia tidak lagi
dianggap pelajaran yang sulit dan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa.
Justru sebaliknya, siswa yang awalnya benci matematika berbalik menjadi senang matematika.
Satu hal yang mengagumkan dari pembelajaran ini adalah bahwa matematika tidak
lagi sulit, tapi menyenangkan. Selain itu diharapkan anak yang tidak kelihatan
pintar bisa kelihatan, dengan kata lain matematika Gasing menjembataninya
sehingga matematika yang dulunya merupakan suatu hal yang menyeramkan menjadi
tidak menyeramkan dan menyenangkan yaitu dengan cara tidak memperlihatkan
rumus-rumus. Jadi pembelajaran ini melatih bagaimana mengungkapkan/memecahkan
berbagai persoalan matematika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa
menyesuaiakan setelahnya.
Selama 13 tahun sambil
membina Tim Olimpiade Matematika Indonesia, Prof. Yohanes Surya melakukan
penelitian dalam menemukan suatu pembelajaran matematika yang mudah diterima
oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta membuat peserta ajar merasa asyik
dan menyenangkan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes
Surya, untuk membuat matematika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing)
beberapa hal perlu diperhatikan:
1. Hindari matematika yang sulit, kalau perlu
cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana.
2. Manfaatkan pengertian konsep matematika yang
benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan
rumus-rumus turunan.
3. Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat
seperti 1 , 2 , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai
contoh soal.
4. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar
konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi matematika ke solusi
matematika.
5. Perbanyak dialog langsung dengan siswa
terutama tentang konsep-konsep matematika yang baru diajarkan.
6. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang
diberikan.
7. Perbanyak eksperimen dan demonstrasi
matematika sehingga tiap murid menikmati asyiknya matematika dan mereka bisa
merasakan bahwa matematika itu sungguh menyenangkan.
2. Langkah-Langkah
Pembelajaran Gasing
Pelaksanaan pembelajaran Gasing dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap pertama : Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk
komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah guru dan siswa. Menurut
teori belajar connectionisme atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh
Thorndike (S. Nasution, 2000:37), belajar adalah pembentukan atau penguatan
hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi
suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat latihan
hubungan antara S dan R harus memberikan ”satisfaction” atau kepuasan. Rasa
kepuasan merupakan reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R,
Thondike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah
:
(1) Law of effect
Hubungan S dan R bertambah
erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah
atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Rasa senang menyebabkan
sekresi hormon pada sinapsis, sehingga hubungan menjadi lancar. Karena itu
memuji dan membesarkan hati siswa (rasa senang) lebih baik dalam pengajaran
daripada menghukum atau mencelanya (rasa tidak senang).
(2) Law of exercise atau law
of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan
penidakgunaan).
Hubungan S dan R bertambah
erat kalau sering dilatih (exercise) atau digunakan (use) dan akan berkurang
erat kalau lenyap atau tidak pernah digunakan (disuse). Karena itu perlu
diadakan banyak latihan dan pembiasaan.
(3) Law of multiple response
(hukum respon berganda)
Dalam situasi yang
problematis dimana tidak segera tampak respons yang tepat, individu mengadakan
bermacam-macam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akan tetapi akhirnya
mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut “trial-and-error”,
mencoba-coba sambil berbuat kekeliruan.
(4) Law of assimilation atau
law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi).
Seorang dapat menyesuaikan
diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang agak berlainan
dengan yang sudah-sudah namun mengandung unsur-unsur yang bersamaan (identical
element).
2. Tahap kedua :
Berimajinasi/berfantasi.
Sebenarnya imajinasi/fantasi
dalam proses pendidikan penting untuk dimiliki siswa, tapi aspek ini banyak
diabaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting karena
dengan imajinasi siswa akan bisa melahirkan sebuah konsep, kreativitas, inovasi
dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Imajinasi lebih utama daripada
pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi melingkupi dunia. (Albert
Einstein). Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar
memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau
keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit
untuk berkembang. Hampir semua matematikawan terkenal adalah orang-orang yang
suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal"
karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis.
Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan
mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan
kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang
sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia
tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya
tidak ditemukan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.
Fantasi menurut Suryabrata
(2001:39) dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah
ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan
benda-benda yang ada. Dengan demikian imajinasi/fantasi itu dilukiskan sebagai
fungsi yang memungkinkan siswa untuk berorientasi dalam alam imajinir, dimana
aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata. Kegunaan imajinasi/fantasi
antara lain :
(1) siswa dapat memahami,
mengerti dan menghargai kultur siswa lain.
(2) siswa dapat keluar dari
ruang dan waktu, sehingga dengan demikian ia dapat memahami hal-hal yang ada
dan terjadi di tempat lain dan diwaktu yang lain, misalnya dalam mempelajari
gerak suatu benda.
(3) siswa dapat melepaskan
diri dari kesukaran dan permasalahan dalam belajar matematika.
(4) membantu siswa
menyelesaikan konflik riil secara imajinir, sehingga dapat mengurangi
ketegangan psikis dalam belajar matematika.
3. Tahap ketiga : Menyajikan
contoh-contoh soal secara relevan.
Latihan atau training,
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Cara ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan keterampilan siswa dengan tujuan untuk memperkuat
penguasaan matematika siswa. Dalam latihan ini, siswa hanya berlatih dengan
menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
4. Tahap keempat :
Menyajikan materi secara mendalam.
Dengan memberikan makna
fisis terhadap setiap besaran-besaran matematika, diharapkan siswa mengetahui
fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal.
5. Tahap kelima : Memberikan
variasi soal.
Tugas atau resitasi,
merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas
tertentu berupa variasi soal agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian
harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat
memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah
dipelajari. Tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok.
Kelima tahapan yang
dilakukan dalam pembelajaran pembelajaran Gasing ini selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tahap-Tahap
|
Aktivitas Guru
|
Tahap 1
Dialog sederhana
|
Guru memulai pembelajaran
dengan berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan
dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat memberikan pendapatnya,
sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R.
|
Tahap 2
Berimajinasi/berfantasi
|
Guru membantu siswa untuk
berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang
sedang dipelajari.
|
Tahap 3
Menyajikan
contoh-contoh soal secara relevan
|
Guru memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang
hanya menggunakan formulasi matematika berupa perjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika
siswa.
|
Tahap 4
Menyajikan materi secara
mendalam
|
Guru memberikan makna fisis setelah siswa dirasa mampu
mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi.
|
Tahap 5
Memberikan variasi
soal
|
Guru kembali memberikan soal namun yang lebih bervariasi,
soal tersebut dapat berupa soal cerita.
|
3. Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Gasing
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Pembelajaran Gasing Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satupun pembelajaran-pembelajaran yang
benar-benar sempurna, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Berikut ini
merupakan kelebihan dan kekurangan pembelajaran pembelajaran Gasing.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Membuat matematika menjadi lebih
gampang, asyik dan menyenangkan karena dalam mengerjakan soal-soal matematika
tidak harus menghafalkan rumus matematika.
|
Pada saat ulangan berupa soal essai,
jika siswa tidak menyertakan penghitungan dengan rumus, meski hasil
jawabannya benar akan tetap dinyatakan salah.
|
Waktu yang digunakan lebih efektif
dan efisien, karena apabila menggunakanrumus konvensional, soal-soal matematika
umumnya baru dapat diselesaikan oleh siswa dalam waktu yang cukup lama.
Tapi dengan pembelajaran Gasing, siswa dapat menyelesaikan soal-soal dalam
waktu relatif lebih cepat.
|
Secara umum pembelajaran Gasing
belum bisa diterapkan untuk menyelesaikan soal-soal matematika di perguruan
tinggi, karena umumnya mahasiswa dituntut untuk bisa menurunkan berbagai
rumus.
|
4.
Prestasi
Belajar Matematika
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan (Muhammad Surya,1985 :23).
Menurut Sumadi Suryabrata belajar
adalah suatu proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu didapat
kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang disengaja (Sumadi Suryabrata,
2002 : 232).
Winkel juga menjelaskan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktifitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap perubahan
itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas ( Winkel, 2004 : 59).
Dari beberapa difinisi diatas dapat
disimpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung
(dengan contoh) ataupun tidak langsung (dengan kata-kata) dengan lingkungannya
untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan,
pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi
kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
2.
Prestasi
Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan (Depdiknas, 2005
: 895). Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, Prestasi adalah prestasi yang
harus didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar (1983 : 27).
Prestasi Belajar adalah hasil yang
dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa.
3.
Pengertian Matematika dan Belajar Matematika
a.
Pengertian
Matematika
Matematika berasal
dari bahasa latin Matheis/Matema yang berarti belajar/hal yang dipelajari.
Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde/ilmu pasti. Definisi
Matematika sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan sudut pandang
pendefinisinya, sehingga tidak satupun deffinisi matematika yang tunggal dan
disepakati secara umum oleh tokoh/pakar matematika.
Matematika adalah
ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan
(Poerwodarminto, 1995 : 637).
Pendapat lain
menyatakan bahwa matematika adalah bentuk pengetahuan yang penggunaannya
dilakukan pembuktian berdasarkan teori kohern di mana sistemnya disusun di atas
beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yaitu aksioma, dan dari beberapa
aksioma maka dapat disusun suatu theorema (Jujun S. Suria Sumantri, 1985 : 57).
Mata pelajaran matematika adalah kumpulan bahan kajian dan
simbol yang terbagi dalam Aritmetika, Aljabar, Geometri, Triginometri,
Statistika dan Kalkulus yang memberi bekal kemampuan kepada manusia
(Poerwadarminto, 1993 :6).
b.
Belajar
Matematika
Berkaitan dengan
definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa
“Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran”. James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
“Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri”, masih banyak lagi definisi tentang matematika.
Dari
definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian
matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat
memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai
kepada yang lebih kompleks. Dalam pembelajaran, matematika harus secara
bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang
menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari
konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh
Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu”. Dari beberapa pengertian belajar di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep
aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang
memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan
tingkah laku.
4. Karakteristik matematika
Setelah menralami
tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
a. Memiliki objek abstrak
Pelajaran matematika obyek dasar
yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek
itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun
relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan
struktur matematika.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Terkait dengan pelajaran matematika
ilmu tentang kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip
primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian
dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
c. Berpola pikir deduktif
Ilmu matematika sebagai ilmu hanya
menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d. Memiliki simbol yang kosong dari
arti
Matematika terlihat banyak sekali
simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian
simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika.
Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda
dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam
berbagai ilmu pengetahuan.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya
pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas,
menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan
kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang
disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian
suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak
sistem, adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga
sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem
tersebut berlaku konsisten, ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem
dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
5. Prestasi Belajar Matematika
Poerwadarminta (1974: 769) mendefinisikan bahwa prestasi
merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang
dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel
(1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
Istilah
prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang
tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan
sesuatu pada saat tertentu. Selanjutnya Soejanto (1979: 12) menyatakan bahwa
prestasi belajar dapat pula dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran
yang ditunjukan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan/pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi serta nilai
dan sikap.
Prestasi
belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan ekstren. Faktor
intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri,
sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar
peserta didik. Faktor intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan
belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan
mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok
mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar,
kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita,
dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses
belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi
sosial ekonomi keluarga (Usman, 1995: 12).
Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan para
ahli, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat
penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
matematika sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh
siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.
B.
Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Gasing
1. Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika
Upaya yang
dilakukan peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dengan
menggunakan pembelajaran pembelajaran gasing ini jika prestasi belajar
matematika siswa pada materi FPB dan KPK sudah mencapai atau melampaui nilai
KKM yang ditetapkan pada madrasah ibtida’iyah NW Penangsak pada kelas IV.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986:85) hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi dan motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi dalam kegiatan belajar, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,
sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat di tercapai.
Bila pemahaman terhadap materi-materi matematika yang
dipelajari dapat tercapai. Maka akan timbul motivasi bersama dengan proses
untuk mencapai keberhasilan belajar matematika. Dengan kata lain, keberhasilan
belajar matematika tidak hanya karena dapat memahami konsep dan teorema serta kemudian
dapat mengaplikasikannya, melainkan juga karena kehendak, sikap dan macam-macam
motivasi yang lain.
2. Penggunaan Pembelajaran Gasing
Mungkin
sumbangan terbesar dari pembelajaran mendorong belajar kreatif adalah terhadap
pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukan peningkatan dari
keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar. Pembelajaran ini
menunjukan secara grafis bahwa belajar kreatif mempunyai tingkat dari yang
relatif sederhana sampai dengan yang majemuk. Anak berbakat kreatif dapat
menguasai keterampilan tingkat I dan tingkat II lebih cepat dari siswa lainnya.
Bagi mereka proporsi waktu dan energi untuk tingkatan yang rendah dapat
dikurangi. Semua siswa didalam kelas dapat dilibatkan dalam kegiatan tingkat I
dan II, tatapi hanya beberapa yang dapat melanjutkan ke tahap penerapan (tigkat
III).
Disamping
itu, pembelajaran ini hendaknya digunakan secara menyeluruh dalam kurikulum.
Berfikir kreatif merupakan bagian dari semua subjek yang diajarkan di sekolah.
Kemajuan dalam profesi diperoleh melalui proses kreatif. Oleh karena itu pembelajaran
ini dapat diterapkan pada semua segi
dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai dengan pengembangan
teori ilmiah. Siswa akan melihat kemampuan mereka untuk menggunakan kreativitas
dalam hidup dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam
lingkungan yang mendorong dan memungkinkan penggunaannya.
Selain
memiliki sintak-sintak pembelajaran, pembelajaran inipun memiliki
karakteristik-karakteristik. Karakteristik pertama dari model pembelajaran gasing
ini adalah melibatkan siswa dalam suatu permasalahan dan menjadikan siswa
sebagai partisifan aktif dalam pemecahan masalah yang tentunya akan menciptakan
pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Masalah yang dihadapkan pada siswa
ini diperoleh melalui data atau fakta-fakta yang disajikan pada siswa yang
dapat menunjukkan fenomena atau gejala fisis yang dapat disajikan secara
konseptual. Selanjutnya masalah tersebut dapat diselesaikan melalui kegiatan
penyelidikan (investigation) dan penemuan (inquiry). Karakteristik
yang paling dominan dari model pembelajaran gasing ini adalah mengintegrasikan
dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang
akan ditempuhnya untuk memecahkan permasalahan (Sarson, 2005:23). Artinya siswa
diberikan keleluasaan untuk berkreativitas menyelesaikan permasalahannya
sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki tugas guru adalah membimbing siswa
agar arah-arah yang ditempuh oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan.
Ciri
yang lain adalah siswa melakukan penyelidikan untuk memperkuat
gagasannya/hipotesisnya. Artinya siswa harus berperan aktif dalam menyelesaikan
masalah melalui penyelidikan yang didasarkan pembelajaran ilmiah. Kegiatan
penyelidikan merupakan suatu kebutuhan dalam memahami suatu konsep. Siswa
diarahkan untuk menemukan dan membangun sendiri konsepnya menemukan dalam hal
ini bukanlah menemukan dalam arti menemukan hal yang baru melainkan hanya reinvitation.
Diharapkan dari kegiatan ini siswa dapat mengumpulkan dan menganalisis
informasi serta menarik kesimpulan. Ciri berikutnya adalah siswa menggunakan
pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Artinya
setelah siswa memperoleh pemahaman dari hasil penyelidikan, siswa selanjutnya
mengaplikasikan konsep yang telah ia milki pada persoalan yang lain. Satu lagi
ciri lain yang membedakan pembelajaran ini dengan pembelajaran yang lain adalah
pembelajaran yang sangat fleksibel, dikarenakan tidak harus selalu menggunakan
setiap tahapan yang ada pada pembelajaran ini, kita bisa menggunakan tahapan-tahapan
yang kita perlukan saja, selain itu juga, tahapannya tidak harus berurut bisa
maju ke tahap berikutnya dan kembali lagi ke tahap sebelumnya hal tersebut
disesuaikan dengan tujuan yang kita inginkan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Adapun
rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (a). Rancangan Penelitian, (b). Jenis Penelitian, (c). Lokasi
penelitian, (d). Populasi dan Sampel, (e). Prosedur Penelitian, (f). Instrumen
penilaian dan Teknik Pengumpulan Data, (g). Teknik Analisis Data dan Indikator
Keberhasilan.
B.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam metode penelitian
ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini disusun peningkatan
prestasi belajar matematika siswa,
diujicobakan dalam situasi sebenamya dengan melihat kekurangan dan kelebihan
serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan
ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari- hari di kelas.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Assyafi’iyah NW Penangsak, dan tepatnya
di Desa Sengkerang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat.
D.
Populasi
dan Sampel
Adapun sebagai populasi dalam penelitian tindakan
kelas ini dilakukan pada siswa MI
Assyafi’iyah NW Penangsak, dan sebagai sampelnya adalah siswa kelas IV
Assyafi’iyah NW Penangsak, dengan jumlah siswa dalam satu kelas (...),
laki-laki berjumlah (...), sedangkan perempuan berjumlah (...).
E. Prosedur Penelitian
Dengan
mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai yaitu menyelesaikan masalah yang
dihadapi di kelas yaitu tentang prestasi belajar siswa, maka penelitian ini
mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas atau classroom action research.
Pada dasarnya penelitian ini mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, dalam Wiriaatmadja, 2005:
11). Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Tiaw (Fitriarosah,
2005: 28) yang membedakan dari penelitian lain adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian tindakan kelas adalah
intervensi skala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upaya menyempurnakan
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
2.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran
itu sendiri dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran, maka
akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa.
3.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
atas dasar masalah yang benarbenar dihadapi guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran di kelas.
4.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of steps),
yaitu suatu daur yang kegiatannya dimulai dari perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan sistematik terhadap
pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan (observating), refleksi (reflecting),
dan selanjutnya kegiatan diulang kembali dengan perencanaan tindakan
berikutnya, dan seterusnya.
Terdapat
beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan
yang berbeda. Namun keseluruhannya mengacu pada suatu garis yang sama yang
didalamnya terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat alur dalam penelitian tindakan kelas ini
digambarkan sebagai berikut:
S
I
K
L
U
S
1
|
Rencana Tindakan 1
|
Pelaksanaan Tindakan 1
|
Observasi Dan Evaluasi Tindakan 1
|
Analisis Dan Refleksi Tindakan 1
|
S
I
K
L
U
S
2
|
Rencana Tindakan 2
|
Pelaksanaan
Tindakan 2
|
Observasi Dan Evaluasi Tindakan 2
|
Analisis Dan Refleksi Tindakan 2
|
Gambar diatas menunjukkan bahwa:
Rencana
Tindakan 1 :
(S, Arikunto, 2007:
17). Perencanaan pelaksanaan tindakan mencakup:
a.
Mendiskusikan dengan guru matematika
untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan di
kelas.
b.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
c.
Membuat bahan ajar, yaitu lembar kerja
kelompok.
d.
Membuat perangkat instrumen penelitian.
e.
Sebelum peneliti melaksanakan tindakan,
terlebih dahulu harus memahami masalah, kemudian merencanakan secara seksama
jenis tindakan yang akan dilakukan.
Pelaksanaa
Tindakan 1 :
Setelah
rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan dengan
menggunakan Pembelajaran Gasing Peningkatan Prestasi belajar matematika siswa
kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak.
Observasi
dan Evaluasi Tindakan 1 :
Bersamaan
dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan
itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. Tahap ini sebenarnya berjalan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap
ini, peneliti dibantu oleh dua orang observer yang melakukan pengamatan selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer hanya memberi tanda pada lembar
observasi yang disediakan.
Analisis
dan Refleksi Tindakan 1 :
Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan analisis dan refleksi
atas dampak atau hasil tindakan yang telah dilakukan. Menurut Hopkins
(Arikunto, 2007: 80), refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus selanjutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat
teratasi.
Jika
hasil refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa perlunya dilakukan perbaikan
atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan berikutnya perlu
disempurnakan lagi atau dilanjutkan ke siklus 2, agar tindakan yang dilakukan
selanjutnya tidak sekedar mengulang tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara
optimal.
Penelitian
ini “merancang” suatu kegiatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Kegiatan perancangan
kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengimplementasikan pembelajaran di
kelas sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran.
F.
Instrumen
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, lembar observasi, jurnal
harian siswa.
a.
Tes tertulis
Tes tertulis ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan atau penguasaan materi
yang telah disampaikan dengan melihat ketuntasan belajar setiap individu dan
ketuntasan belajar secara klasikal. Tes ini diberikan setiap akhir siklus atau biasa
disebut tes formatif. Tes formatif dari setiap siklus dibandingkan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes uraian, karena dengan tes uraian dapat dilihat langkah pekerjaan
siswa ketika menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b.
Lembar observasi
Observasi
dilakukan sebagai upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran langsung mengenai aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran matematika. Observasi yang digunakan adalah observasi
terstruktur. Menurut Sukamto (Fitriarosah, 2005: 32), observasi terstruktur
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pelaksanaan observasi dengan cara
menggunakan tabulasi. Pengamat hanya perlu memberi tanda setiap kali suatu gejala
muncul dalam pengamatan. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh informasi
mengenai gambaran pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti suasana kelas,
pola interaksi, aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kejadian-kejadian lain
yang dianggap penting.
c.
Jurnal harian siswa
Jurnal harian
siswa digunakan untuk mengetahui komentar siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Jurnal diberikan pada akhir siklus, agar peneliti dapat mengetahui
kendala yang dialami siswa setiap siklus serta harapan atau masukan dari siswa
untuk pembelajaran berikutnya, sehingga dapat menjadi gambaran untuk
pelaksanaan siklus selanjutnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik tes hasil belajar siswa. Tes hasil belajar ini digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
siswa-siswanya dalam jangka waktu tertentu. Adapun macam-macam tes hasil
belajar ini sebagai berikut :
a.
Tes buatan guru
Tes
buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru, tes yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes buatan guru, yaitu berupa tes subyektif atau tes
uraian dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah: (1) untuk menentukan
seberapa baik siswa telah menguasai pelajaran yang diberikan dalam waktu
tertentu; (2) untuk menentukan apakah sesuatu telah tercapai; (3) untuk
memperoleh suatu nilai.
G.
Teknik
Analisi Data dan Indikator Keberhasilan Penelitian
1.
Teknik Analisi Data
Setelah data
terkumpul maka dilakukan analisis data terhadap tes hasil belajar matematika,
untuk analisis data yang digunakan adalah teknik tes data kuantitatif.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.
Untuk
menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa (BSNP
2007: 25):
Na =
Keterangan:
Na =
Nilai akhir
Sp
= Skor perolehan
Sm
= Skor maksimal
b.
Untuk
menentukan rata-rata kelas (Sudjana. 2010: 125):
NR =
Keterangan
:
NR
= Nilai rata-rata.
Na
= Nilai akhir.
Sn
= Jumlah siswa.
2.
Indikator
Keberhasilan
Yang
menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila hasil belajar
matematika siswa mencapai KKM atau melebihi KKM dengan penerapan Pembelajaran
Gasing untuk siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak.