Senin, 11 Juni 2012
Minggu, 10 Juni 2012
STUDI KASUS
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Layanan Bimbingan
Siswa Kelas 4 di SDN Kauman 2 Malang yang dilaksanakan oleh mahasiswa tahun
akademik 2011/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG disusun oleh:
Nama :
DEDI LAZWARDI
NPM :
2101000210078
Jurusan : Pend. Matematika
Fakultas :
FPIEK
Telah diperiksa, disetujui dan
disahkan pada tanggal .......... 11
Juni 2012
Guru BK,
(
)
|
Konselor,
(
)
|
Mengetahui,
Kepala SDN Negeri Kauman 2,
Drs. Mohammad Rifai
NIP.
19611020 198504 1 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
limpahkan rahmat serta hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyusun laporan
studi kasus mengenai anak lambat belajar. Laporan studi kasus ini penulis susun
guna melengkapi tugas-tugas bagi mahasiswa program S-1 IKIP BUDI UTOMO MALANG
tahun ajaran 2011/ 2012 mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Dalam pengumpulan data penulis dibantu oleh berbagai pihak
terkait termasuk sesama rekan mahasiswa lainnya. Atas selesainya makalah ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
- Kedua
orang tua penulis yang telah membantu dengan doa sehingga laporan ini
selesai.
- Drs.
Amanah Agustin, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Profesi Pendidikan.
- Teman
– teman semua yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya
sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………….. 1
KATA
PENGANTAR…………………………………………………… 2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………..
3
BAB
I IDENTITAS
- Identitas
Siswa ……………………………………………………
4
- Identitas
Orang Tua Siswa
………………………………………. 5
BAB
II ISI
- Gambaran
Masalah
………………………………………………
7
- Diagnosis
…………………………………………………………
10
- Prognosis
…………………………………………………………
12
- Statement
…………………………………………………………
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan
………………………………………………………
16
- Saran
…………………………………………………………….
16
BAB I
IDENTITAS
A. Identitas Siswa/Klien
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang
berkasus (klien) merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses
penyusunan studi kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien yang mengalami
lambat dalam belajar dan terlalu manja. Klien tersebut bersekolah di SDN Kauman
2 Malang sebagai siswa kelas 4 pada tahun ajaran 2011/ 2012. Selanjutnya untuk
lebih jelasnya di bawah ini dicantumkan data identitas siswa yang menjadi objek
studi kasus :
a) Identifikasi
Diri Siswa
*
Nama Siswa : Salsa Bila
andriani
*
Nama Panggilan : Andin
*
Kelas
: 4 (empat)
*
Tempat/tgl. Lahir : Malang, 15 Nopember 2002
*
Agama
: Islam
*
Jenis Kelamin : Perempuan
*
Alamat
: Jln. Kawi 9A A/4
*
Sekolah
: SDN Kauman 2
*
Hobby
: Olahraga
*
Jumlah saudara : 2 (satu)
*
Anak ke
: 2 (dua)
b) Keadaan
Kesehatan
*
Penglihatan : Normal
*
Pendengaran : Normal
*
Pembicaraan : Agak Cedal
*
Potensi jasmani: Normal
c) Fasilitas
Belajar dan Pendukung
1) Kelengkapan
belajar
(a) Buku
paket : lengkap
(b) Buku
catatan : lengkap
(c) Ruang
belajar : lengkap
2) Bimbingan
(a) Dari
ayah : pernah
(b) Dari
ibu :
selalu
(c) Dari
saudara : selalu
d) Waktu
belajar
1) Waktu
belajar siswa kurang teratur.
2) Siswa
belajar jika disuruh orang tua.
e) Kelakuan
dan prestasi Klien
1) Sikap
pada teman : Cukup baik, tidak
membeda-bedakan teman.
2) Sikap
pada guru : Baik, tapi masih
merasa segan untuk bertanya.
3) Prestasi
: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
B. Identifikasi Orang Tua
*
Nama lengkap
: Faris Uslafiana
*
TTL
: Malang, 24 September 1966
*
Pendidikan
: SLTA
*
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
*
Hubungan dengan anak: Anak kandung
*
Alamat
: Jln. Kawi
9A/ A4
C. Perumahan
Klien
tinggal bersama ayah, ibu dan kakaknya dalam lingkungan Jln Kawi 9A/4A. Dalam
lingkungan tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini
mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat
di sekitar tempat tinggal siswa berada.
Tingkat
pendidikan dan ekonomi masyarakat ditempat tinggalnya tergolong menengah
kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa bekerja
sebagai karyawan dan buruh.
BAB II
ISI
1. Gambaran Masalah
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning
disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d)
slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan
diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
a)
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan,
akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari
potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga
keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b)
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
c)
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan
tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi
belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d)
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e)
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
f)
Slow learner (Lambat belajar) adalah adalah mereka yang memiliki
prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu
atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang
mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter &
Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan
belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Tidak hanya
kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain,
dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga,
atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan
pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga
cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah
dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek.
Anak dengan SL memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit
menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat
diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.
A. Gejala-gejala yang Nampak
Gejala-gejala
yang nampak jelas pada diri klien diantaranya sebagai berikut:
-
Gejala yang Bersifat Positif
- Gejala
yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat membantu dan
meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien.
- Gejala-gejala
tersebut diantaranya :
- Mematuhi
peraturan sekolah
- Rajin
mengikuti kegiatan sekolah
- Tidak
suka membolos sekolah
- Menurut
perintah guru
-
Gejala-gejala
yang Bersifat Negatif
- Gejala
yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik yang
dapat mengganggu proses belajar mengajar pada diri klien.
- Gejala
tersebut diantaranya :
- Sulit
memahami materi pelajaran
- Bersifat
pendiam dan pemalu
- Kurang
memiliki keberanian dalam berpendapat
- Cepat
putus asa dalam mengerjakan soal
- Bersikap
manja
- Bertindak
semaunya sendiri
- Tidak
mau meneliti hasil jawabannya.
B. PENGUMPULAN DATA
Proses
pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (klien) dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang digunakan oleh
konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah ialah
sebagai berikut:
a)
Berdasarkan Pengamatan di Sekolah
·
Kepribadian
Pribadi
klien baik walaupun cenderung mudah putus asa dan kurang teliti dalam
mengerjakan sesuatu. Dia selalu ingin semua keinginannya dituruti. Namun siswa
tidak pernah memilih-milih teman.
·
Tingkah
Laku
Tingkah
laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat patuh
terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam
piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.
·
Perkembangan
Jasmani
Perkembangan
jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan sama seperti
teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah dan energik.
·
Klien
patuh dan hormat dengan guru-guru di sekolah.
Dalam
kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk
mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada
saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung untuk
memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.
b)
Berdasarkan Wawancara
·
Latar
Belakang Keluarga
Berdasarkan
wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien
dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Pucang, Kabupaten Sragen. Rumahnya
tergolong sedang dan sederhana.
Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab.
Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab.
·
Minat
Minat
klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah pelajaran cukup
baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan teman yang
lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah
membolos dan selalu masuk sekolah.
·
Hobi
Siswa
Siswa
memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu luangnya
sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada mempelajari
kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.
2. DIAGNOSIS
Masalah
yang dihadapi siswa SD sangatlah kompleks dan banyak faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri,
keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak faktor
yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai berikut:
a)
Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri
a. Motivasi yang kurang
b. Anak kurang mau bekerja keras agar bias dalam pelajaran.
c. Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.
d. Anak terlalu manja.
e. Semua keinginanya harus dipenuhi
a. Motivasi yang kurang
b. Anak kurang mau bekerja keras agar bias dalam pelajaran.
c. Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.
d. Anak terlalu manja.
e. Semua keinginanya harus dipenuhi
b)
Faktor dari Lingkungan Keluarga
a. Kurang bimbingan orang tua saat belajar.
b. Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien
c. Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua.
a. Kurang bimbingan orang tua saat belajar.
b. Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien
c. Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua.
c)
Faktor yang Bersumber dari Lingkungan
·
Sekolah
Kurang terbuka kepada guru. Sikap mudah putus asa dalam pelajaran
Kurang terbuka kepada guru. Sikap mudah putus asa dalam pelajaran
·
Luar
sekolah atau masyarakat
Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk menonton televisi dan bermain voli.
Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk menonton televisi dan bermain voli.
Dari
rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang menyebabkan permasalahan
pada klien. Permasalahan tersebut berasal dari diri klien sendiri, keadaan
keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap sikap dan daya
tangkap belajar siswa.
Berdasarkan
hal-hal yang dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan yang terjadi pada
diri klien disebabkan oleh :
a)
Kurang minat belajar.
b)
Bimbingan dari orang tua kurang.
c)
Pengaruh kemajuan teknologi
d)
Anggota keluarga terlalu memanjakannya.
Hal-hal
tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien kurang tertarik pada
pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
3. PROGNOSIS
Untuk
mengatasi masalah klien dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:
a)
Terhadap Klien
Mengajak
klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya sehingga memudahkan
konselor untuk megetahui pribadi siswa dan masalah yang sedang dihadapinya
serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.
Memberi
bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan pendidikan sehingga dapat
menimbulkan minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dari
siswa/klien yang bermasalah tersebut.
Memberi
pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri menimbulkan kerugian
pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya.
Memberikan
pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan dari guru. Serta
tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.
Menasehati
klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua orang tua
siswa/klien yang bermasalah tersebut.
Menasihati
klien agar lebih rajin belajar.
b)
Terhadap Orang Tua.
Memberikan
pengarahan pada orang tua agar tidak terlalu memanjakannya karena hal itu dapat
berakibat buruk pada klien.
Memeberikan
penjalasan pada orang tua agar selalu memeperingatkan klien untuk belajar dan
selalu menasihati dan memeberikan dorongan pada klien untuk lebih rajin
belajar.
Memeberikan
penjelasan pada orang tua bahwa mereka harus selalu memeperhatikan dan
membimbing anaknya untuk belajar lebih giat agar tidak tertinggal dengan
teman-temannya.
Memeberikan
penjelasan pada orang tua agar menanamkan pada diri klien sikap menghormati dan
menghargai orang lain.
c) Terhadap
Teman Klien
Menasehati
teman-teman klien agar mau memebantu klien bila ada kesulitan dalam belajar.
Menasehati
teman-teman klien agar mau menegur klien bila melakukan
penyelewengan-penyelewengan.
TREATMENT
PENYELESAIAN MASALAH JUGA DAPAT DITEMPUH MELALUI
- Pemeliharaan
sejak dini
- Bila
faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam
berpikir, pencegahan awalnya mtngkin dengan mengubah lingkungan masyarakat
dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk
pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar
yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat
perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang
berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari
sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat
menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
- Pengembangan
secara keseluruhan
- Usahakan
agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan
perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan
apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan
kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri
yang sehat.
- Lembaga
pendidikan khusus atau umum
- Suatu
penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong,
anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan
khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu
kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar
tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga
pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan
dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal
pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami
perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka
dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti
pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang
terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka
mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.
- Memberikan
pelajaran tambahan
- Sekolah
dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar
anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer.
Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh
kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner
mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi
mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer.
Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban
belajar.
- Latihan
indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat
dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik
latihan indra kepada mereka. Dengan latihan ini anak dilatih untuk mengenal
lingkungan melalui penglihatan, pendengaran, atau perabaan. Misalnya, mengenal
benda melalui perbedaan bentuk atau suara. Dengan mata tertutup anak diajak
untuk mengenal bentuk, kasar, atau halus suatu benda. Semua latihan tersebut
dapat mempertajam indra anak.
2. Latihan koordinasi
Hal-hal
yang termasuk dalam latihan koordinasi ialah menggunting, mewarnai, meronce,
mengikat, melakukan estafet, atau gerakan lainnya. Latihan tersebut kemudian
disatukan dengan gerakan dalam kehidupan sehari-hari seperti: memakai atau
menanggalkan sepatu, menyikat gigi, menyisir rambut, menuang air, dan
sebagainya.
3. Latihan konsentrasi
Melalui
latihan ini anak dilathh untuk memerhatikan rangsangan-rangsangan yang ada di
luar, melalui permainan, nyanyian, meniru gerakan guru, bermain kartu, atau
berkejar-kejaran untuk melatih konsentrasinya.
4. Latihan keseimbangan
Rasa
keseimbangan akan menenteramkan emosi anak dan menolong melatih gerak-gerik
tubuh mereka. Misalnya, belajar berbaris, menari, menaiki papan titian, senam
irama, dan sebagainya.
- Prinsip
belajar
Semua
usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya
memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar.
a) Usahakan
agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan
kegagalan yang berulang-ulang.
b) Dorong
anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri.
Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
c) Beri
dukungan moril atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Kadang-kadang
berilah hadiah kepada anak.
d)
Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan
terlalu banyak mengalami kegagalan.
e)
Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan
belajar.
f) Boleh
memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka
pendek.
g) Jangan
merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid.
h)
Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
i) Lingkungan
belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan.
Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Masalah yang dihadapi siswa dalam kasus ini adalah lambat belajar dan terlalu manja karena siswa kurang mendapatkan bimbingan belajar, siswa terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.
Masalah yang dihadapi siswa dalam kasus ini adalah lambat belajar dan terlalu manja karena siswa kurang mendapatkan bimbingan belajar, siswa terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.
B.Saran
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
a) Saran
kepada Klien
Jangan
merasa rendah diri tetapi harus merasa yakin terhadap diri sendiri.
Menanamkan dalam diri tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Mengubah pola belajar, sebaiknya belajar secara rutin setiap pulang sekolah dan malam harinya walau hanya sebentar.
Menanamkan dalam diri tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Mengubah pola belajar, sebaiknya belajar secara rutin setiap pulang sekolah dan malam harinya walau hanya sebentar.
b) Saran
kepada Orang Tua
Sebaiknya
orang tua memberikan perhatian yang lebih kepada klien, terutama perkembangan
belajar di rumah.
Hendaknya
orang tua memberikan perhatian dengan porsi yang tepat tidak hanya kebutuhan
fisik saja akan tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menumbuhkan rasa percaya diri
anak.
Hendaknya
orang tua memperhatikan kebutuhan social anak dan jangan terlalu memanjakan
anak.
c) Saran
kepada Guru
Sebaiknya
guru memberikan perhatian yang lebih pada klien atas masalah yang dihadapi
terutama sakit yang pernah diderita.
Guru
harus lebih peka terhadap masalah belajar anak didiknya dan memberikan solusi
yang tepat untuk mengatasi masalah.
Guru
harus lebih sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui
perkembangan belajar klien tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)